Kamis, 01 Juli 2010

Bejorak


Bagi Abu-abu lainnya yang pengen bagi-bagi cerita lucu, unik, seru, kocak, sindiran, nasehat, sarat atau tidak sarat makna, bisa kirim ke go_eh@ymail.com atau farguh@gmail.com
Ditunggu ya……..
Taken from : Koran Lombok Post kolom Bejorak by fairuz….
Sepuluh
                                                                                          Senin, 3 Mei 2010
            Guru Dolle merasa tidak enak badan. Ia mengunjungi Abu Macel sahabtanya untuk konsultasi. Diam-diam Abu Macel punya juga keahlian soal kesehatan. Dengan lagak seorang dokter ahli, Abu Macel langsung memeriksa kesehatan Guru Dolle.
            “ Maaf, saya harus mengatakan hal yang sangat buruk soal penyakitmu,” kata Abu Macel setelah membaca hasil laboratorium.
“Kenapa Cel?” tanya Guru Dolle.
 “Keadaanmu sekarang ini sesungguhnya sedang sekarat. Masa waktumu untuk hidup tinggal sebentar lagi,”kata Abu Macel menjelaskan.
“Masih berapa lama lagi Cel?” tanya Guru Dolle penasaran.
“sepuluh,” jawab Abu Macel.
 “Sepuluh apa Cel? Sepuluh tahun, sepuluh bulan, atau sepuluh minggu?” Guru Dolle makin penasaran.
 “ Sepuluh, sembilan, depalan, tujuh….” Kata Abu Macel menghitung.
 Guru Dolle : !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! (*)

Baju Majikan Terbakar
                                                                                                                Minggu, 2 Mei 2010
Abu Bongoh adalah seorang pembantu yang lugu, polos dan bersahaja. Dia bekerja pada seorang pengusaha ternama di Desa Nyelekit. Hampir semua pekerjaan rumah dilakukan, bahkan hingga seterika baju.
            Suatu siang, dia menelpon majikannya di kantor. “Halo bos, ini saya Abu Bongoh,” kata Bongoh lewat telepon.
            “Iya, Ngoh, ada apa kok tumben telepon?” kata majikannya ramah.
            “Ah ndak apa apa bos, saya cuma mau lapor sekalian minta maaf. Waktu saya seterika tadi, Bos punya baju terbakar,” lapor Abu Bongoh.
            “Oo..Sudahlah Ngoh, biar saja! Tidak apa-apa, nanti saya beli yang baru,” Jawab majikannya bijak.
            “Oh, Bos baik sekali, terima kasih!” kata Abu Bongoh.
            “Halo Ngoh, sepertinya ramai sekali dengan suara-suara di sebelah. Kamu ada di mana? Kamu telepon dari mana? Kok gak pakai telepon rumah?” tanya majikannya, seperti mendengar suara orang-orang panik dan bunyi sirine.
            “Saya di wartel Bos,” jawab Abu Bongoh.
            “Kenapa tidak telepon dari rumah saja?” tanya majikan.
            “Tidak bisa Bos, baju yang terbakar itu disebabkan karena rumah Bapak yang terbakar,” ujar Bongoh polos. (*)

Pemimpin dan Menu Makanan
                                                                                                                Sabtu, 8 Mei 2010
 “SEKARANG ini kita tidak bisa minum kopi di Bali, di Medan atau di Jakarta.,” kata Abu Macel kepada para sahabatnya. Semua terperanjat. Bermacam-macam pikiran mereka mendengar pernyataan itu.
“Mengapa tidak bisa? Mengapa tidak bisa?” tanya Abu Bongoh dan Abu Mardut bersahutan.
“Ya tentu dong, sebab posisi kita saat ini jauh dari Bali, Medan dan Jakarta. Jadi mari kita minum kopi di tempat yang dekat saja, yaitu di Kedai Kopi GOR Radio yang dikawal Pak Gunika di Jalan Airlangga Mataram,” jawab Abu Macel senyum.
Obrolan mereka terus mengalir hingga pada tema acara memilih pemimpin berdasarkan menu makanan. “Sekarang ini telah ditemukan metodologi memilih pemimpin dengan pendekatan lima jenis makanan yang biasa ditemukan tiap hari,” kata Abu Macel.
“Apa saja yang lima itu Cel,” tanya Abu Bongoh.
“Agar tak bersinggungan dengan nomor para calon maka saya mulai dari angka sepuluh saja,” kata Macel berkelit.
“Kesepuluh adalah kepiting Rebus. Keras, namun di dalamnya pebuh gizi. Tapi bagi pengidap kolesterol tak diperkenankan untuk menikmatnya. Artinya ini jenis pemimpin hanya untuk golongan tertentu,” jelas Macel.
            “Kedua belas, Bubur Ayam. Enak disantap saat hangat saja, kalau sudah dingin tak nikmat bahkan bisa bikin eneg. Pemimpin jenis ini biasanya bayak janji dan  omong besar sehingga lama- kelamaan semua tak terbukti. Ketigabelas, Rendang. Makanan ini pedes dan panas, banyak ragi dan berminyak. Pemimpin jenis ini biasanya galak, culas dan licin seperti minyak,” lanjutnya.
“Keempat belas, Maanan Kaleng. Meski kelihatannya segar tapi mengandung bahan pengawet, zat pewarna bahkan pemanis buatan. Agar tahan lama, makanan ini harus disimpan di lemari pendingin, sehingga membutuhkan biaya cukup besar. Jenis pemimpin ini hanya mengandalkan kemasan dan tampilan saja dan banyak menguras APBD untuk hidupnya,” jelas Macel.
“Lantas pemimpin yang mana yang baik Cel,”tanya Mardut.
“Itu terserah kalian tapi yang terakhir ini penting diperhatikan, yakni Pemimpin tipe Sayur Bening. Bahan sayur ini mudah diperoleh, dapat dipetik di pagar-pagar atau di halaman rumah, bumbu-bumbunya pun gampang diramu. Cukup dengan air putih, bawang merah dan garam secukupnya sudah terasa lezat. Dinikmati saat panas maupun dingin tetap bervitamin. Nah silahkan menemukan pemimpin tipe ini. Selamat menikmati,” kata Abu Macel menutup obrolan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar