Selasa, 28 September 2010

US3 Black diary in Ketapang


Bismillahirrahmanirrahim
Minggu, 08 – 08 – 2010.
 “ Dua hari menjelang bulan ramadhan dan mulai berpuasa. “
Hari minggu sms sudah banyak menyebar ke teman-teman U$3, bahwa hari minggu ini berkumpul di rumah lia untuk sama-sama pergi lagi ke pantai Ketapang, Pringgabaya. Seperti biasa, Nina Rainda sebagai tuan rumah di Pringga juga mengharapkan kedatangan kami. Kedatangan US3….
Sepeda motor Beat masih di mataram, mau ambil bapak gak ngasih. Paman is kemudian dengan lugunya memberikan ku kunci sepeda motornya, Si Iyad, Tiger 2000 Revolution.  Lap di tanganku yang sedang ku usapkan pada sepeda motor merah butut milik kantor bapak, aku lepas.  Dengan gerakan malu-malu tapi mau, aku terima kunci itu. “Wah,,seru nih”. Seruku dalam hati. Udah berapa kali kesempatan ini datang, tapi seakan-akan ada yang tidak rela, aku tidak pernah berhasil menggunakannya untuk pergi jauh-jauh. Termasuk ke Pringga hari minggu ini. Kepergian U$3 ke pringga ditunda ke hari esok. Apa pasal ditunda?? Setelah nanya sama lia, ternyata banyak temen yang pengen ikut juga tapi gak bisa karena terbentur dengan  kewajiban di rumah. Pian, Nayla, dsb. Akhirnya dengan sedikit gas, aku pun sampai lagi di rumah. Dengan ketetapan hati, “Bersihkan Rumah beserta isinya”.
Maka hari minggu ini menjadi hari minggu bersih-bersih,,, semuanya kami bongkar, pasang ulang. Foto-foto di dinding kami cabut, TV beserta perlengkapannya kami pindah, gorden-gorden di jendela kami turunkan, semuanya kami usahakan bersih untuk menyambut Ramadahan tahun ini. Selain itu, it is the only big chance n the last for us to clean our beloved house. Do you know why? Because my father, is been going to Mataram , follow the PeLatihan/Pendidikan. Di Hotel Grand Legi lho,,gak macam-macam. Tapi tetap saja, merupakan suatu kesempatan besar untuk kami, karena kami bebas untuk melakukan apa yang kami perlu lakukan tanpa mikir terlalu lama.
Hari Minggu itu juga adalah pawai orang-orang, sebagai peringatan hari kemerdekaan, 17 Agustus 2010, yang dipercepat oleh semua kecamatan di Lotim, berkenaan dengan tanggal 11 Agustus 2010 sudah mulai berpuasa. Sekolah-sekolah pun telah diliburkan. Oh ya, ngomong-ngomong tentang sekolah kami, SMAN 1 Aikmel (SMANEL) nih…. Ada berita super bin gede. Mutasi guru terjadi lagi. Again and again neh….. Kepala Sekolah, H. LL. Zaenul Hamdi diganti oleh Pak H. Budi, Suami dari Ummi Apon, Kepsek SMAN 2 Aikmel. Namun bukan itu yang jadi sorotannya, melainkan kepulangan kembali Pahlawan Ekstrakurikuler SMANEL, Pak Hasto Tyas Indrio.  Menurut pengamatan orang-orang, SMANEL bisa Berjaya sampai dimana-mana, seantero negeri ini, Indonesia, adalah berkat 2 pialr utama SMANEL dan ridho Illahi robbi. 2 orang itu berbagi tugas, yang satu memperbaiki keadaan/kondisi dalam sekolah (Intra), yang satunya lagi melengalng buana untuk menyalurkan bakat-bakat terpendam dari siswa – siswa SMANEL. Hampir semua kegiatan berbau pendidikakn yang diadakn oleh seabreg instansi dari berbagai penjuru diketahui oleh yang satu ini. Siapakah beliau? Beliaulah Pak Hasto, The Master of Ekstra.dan yang satunya lagi, The Master of Intra, H. LL. Akhmad Qusdi. Beliau adalah Kepsek SMANEL yang kedua, tapi dibandingkan dengan kepsek-kepsek baru SMANEL, beliau adalah yang nomor 1. Banyak sekali perubahan-perubahan serta terobosan-terobosan beliau untuk SMANEL, sehingga SMANEL bukan hanya isapan jempol, bukan saja namanya yang harum, tapi memang betul, di bawah kepemimpinan beliau, Imtak-Iptek didampingi Disiplin menjadi program utama beliau. Disiplin adalah hal yang sangat ditekankan oleh Mamiq Qudsi (nama panggilan beliau). Sebut SMANEL, ingat disiplin.
Baiklah, itu Cuma sekilas tentang SMANEL yang sudah berkali-kali gonta-ganti Kepsek dan tenaga pengajar. Mari kita tinggalkan, dan beranjak ke inti cerita kita.

Senin, 09 – 08 – 2010.
Catatan kelam U$3…….
Sekitar pukul 08.30, aku berangkat ke sekolah. Memenuhi ajakan temen-temen US3 buat pergi ke Pantai Ketapang. Di gerbang sekolah, berdiri momot seorang cewek berbaju ijo lumut, hanya seorang diri. Kasian kasian kasian, lirihku. Sudah jam segini yang datang baru Cuma satu orang saja. Padahal rumahnya terbilang cukup jauh, Toya. Sementara temen-temen yang lain, belum ada yang datang. Oh, aku juga jangan lupa dihitung. De goeh,,, “Kiki, sendirian? Mana ke yang laen??” “Belum ada yang dateng”. Jawabnya singkat. “ke rumah lia yok, katanya kemaren kita juga kumpul di rumahnya,,,mungkin anak-anak itu ada di sana juga.” Aku mengajak si kiki,,yah daripada momot, metu di pinggir gerbang sekolah, dengan bersandar di tembok, kelihatan persis sekali dengan keadaan seorang cewek yang menunggu cowoknya di sinetron-sinetron cinta anak remaja di TV. He he,,, ironis juga neh.
Sampai di rumah lia, orangnya ternyata udah siep-siep, cumin tinggal satu hal. Dia disuruh ama kakaknya buat ngejaga burung-burung kecial kuningnya, soalnya kakaknya kan keluar sebentar. Beberapa menit kemudian, Yudi Bodoh datang. Dususul oleh Wanji, Ketua Suku U$3. Kami pun berangkat ke Skulah.
Kira-kira jam 11.00, semua peserta udah pada kumpul, ada Nuzul, Nanda, Lia, Kiki, Zahara Maskanah, Daniz, Yudi Bodoh, Pian, De gOeh, Apriadi, dan Wanji. Kami pun berangkat ke rumah Nina di pringga. SAmpai di sana, udah ada Nina,Tesa, Rafiatul,Inayah,  Tary and Tina. Jadi
kalo yang cewek ada : Nina, Tesa, Tary, Tina, nanda, Lia, Kiki, Rafiatul, Inayati, dan Ninin.
Yang cowok : De gOeh, Daniz, Wanji, Nuzul, Dana, Apriadi, Pian, Yudi Bodoh, dan Juli saat kita ketemu di pantae Ketapang.
Puncak kejadian di Ketapang : Berawal dari pandangan para pemuda – pemuda yang tidak kami kenal, mereka tiba-tiba saja menyerang salah satu teman kami. Dana, Apriadi diserang.
++ Pian awalnya hanya berdiri sambil makan setusuk bakso, langsung didekati oleh salah satu dari mereka dan berkata ,”Ndak noak tene”. Pian tidak menjawab, hanya menghindar karena dia juga tidak ingin membuat masalah. Merasa tidak direspon, preman itu langsung menendang dan menampar kepala pian, yang menyebabkan bakso keluar lagi dari mulut pian. Pian kemudian dibela oleh teman-teman yang lain. Yang kemudian memicu pertarunagn antar U$3 member’s dan Preman Ketapang (PK).
++ Daniz dengan sekali tendang langsung melayang dan mendarat di atas perahu. Si penendang (sesuai cerita dari Daniz), mengambil sesuatu untuk ditimpakan ke tubuh Daniz. Nyawa daniz di ujung tanduk. Dengan sigap Daniz langsung berdiri dan lari menghindar, dan langsung dikejar oleh si penendang yang di akhir cerita ternyata orang tersebut tak lain adalah masih  ‘keluarga’ Daniz. Gila!
++ Apriadi yang dituduh oleh mereka melihat mereka terus terusan menepis tuduhan itu mentah mentah. “Tidak, aku tidak meihat mereka sama sekali. Justru mereka yang terus melihat dan mengganggu kita . kemudian, Apriadi, yang mencegah pemukulan pian oleh preman itu langsung membuat teman-teman preman itu turut menyerang APriadi, Pian dan semua teman U$3. Apriadi dipukul, ditampar, berusaha menahan amarahnya dengan tetap berkata  ‘iya kita minta maaf..maaf’ . Kami bertiga, Aku, Yudi dan Wanji yang melihat peristiwa tersebut diam senejak. Namun melihat Pri terus diserang, Wanji berlari berusaha melerai.
++ Wanji, berusaha melerai pertengkaran antara Apriadi dengan Preman itu. Gilanya, teman dari preman-preman itu justru kembali menyerang Wanji dan langsung digebuk. Wanji berusaha berlari, tidak melawan. Namun emang preman-preman sinting, mereka terus aja merangsek menyerang teman-teman U$3 yang sama sekali gak melawan. Malahan, semua teman-teman pada ngalah, dengan tetap menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh mereka.
++ Pian, tak luput juga dari incaran mereka. Pian tidak melakukan apa-apa, Cuma melerai dari jauh, tapi langsung dikejar dan dipukul lagi. Pian dengan tetap mengangkat tangan, berusaha menjelaskan bahwa dia minta maaf atas apa yang menurut mereka tidak sesuai, namun dasar preman sinting,, setan apa yang merasuki mereka semua, mereka tetap menyerang.
++ Dana, teman kami yang jagoan silat. Berusaha melawan mereka, karena tak tahan melihat teman-teman ditindas begitu saja oleh preman-preman itu.  Dana, tentu saja menjadi incaran empuk mereka, 4 orang langsung berlari sekaligus menyerang Dana. Dana berhasil menendang dua diantara mereka, namun karena kalah jumlah Dana jatuh tersungkur dan langsung dihujani tendangan dan pukulan bertubi-tubi dari mereka. Warga yang melihat peristiwa tersebut ada yang langsung melerai, namun hanya sebagian kecil. Salah satu bapak, bergerak menuju kami (aku, Lia dan Nanda) yang tidak diserang oleh mereka. Menyuruh kami nutuk segera pulang…
++ Nuzul, untuk orang satu ini, saya sendiri kurang tahu jelasnya. Sebab dia tak tampak ikut bertarung dengan preman-preman tersebut. Namun setelah ditanya apa yang terjadi padanya, ia berkata bahwa ia juga hamper babak belur dihajar preman-preman itu kalau dia tidak memelas pertolongan dari orang lain. Menurutnya, baru kali itulah ia memelas meminta tolong pada orang lain. Namun apa jawab orang yang  tempatnya minta tolong ? “Lanjutkan saja”, lirih orang tersebut. Nuzul langsung mengambil kesimpulan bahwa orang tersebut termasuk teman preman itu. Segera dia berlari menjauh menuju teman-teman di tempat parkir.
++ Yudi. Lain yudi, lain pula pian. Kali ini mereka harus terpisah untuk sementara, sebab yudi ikut terjun menolong teman-teman yang diserang oleh para preman. Yudi (menurut penuturannya di rumah nina), bercerita bahwa tumben seumur hidupnya ia juga memohon pertolongan pada orang lain. Dengan sungguh-sungguh tentunya. Dengan senyum khas ia berkata bahwa ia akan membalas para preman itu jika mereka lewat Batu Belek atau Aikmel. “Awas muna liwat aikmel dengan si jauk ladik ino…awasana..” geramnya dengan kepalan tinju. Kuprediksi, yudi pasti sangat sakit hati. Tapi bukan dia saja tentunya, kami semua juga marah dan tak terima dengan perlakuan semena-mena mereka.
++ Nina. Nina bercerita bahwa kami (U$3) sama sekali tidak mengganggu mereka.. Nina menjelaskan bahwa para preman itulah yang mengganggu dan menggoda mereka “mereka mengambil air minum kita, kita biarin. Kita kasi mereka. mereka minta nasi, kita juga kasi mreka kok. Kita sih iya iya aja apa yang mereka minta. Tapi kok mereka menuduh kalau kami mengambil tas merekalah, uang merekalah sampai 500 ribu. Kapan?? Gak ada buktinya. “ apriadi menambahkan, “jangan diladeni, mereka total Cuma pengen cari masalah. Mereka sengaja cari perkara, walaupun gak ada masalah. Biasa dah itu.“ jelasnya yang juga masih tampak semrawut bekas serangan-serangan para preman itu.
Rata-rata semua teman kami yang diserang, matanya merah. Tampak urat-urat merah di sekitar bola mata mereka. Pian, telinganya lecet. Berdarah tentunya. Lalu Yudi, tidak tampak terluka berat, namun matanya juga memerah. Entah apakah karena serangan para preman itu atau saking marahnya. Wanji, kena bogem di rahang sebelah kirinya. Menurutnya, ia bersyukur karena pukulan itu tidak berat (keras dan telak), sebab rahang termasuk bagian vital. Ia menambahkan, ia bisa saja menumbangkan (‘menewaskan’) salah satu dari mereka saat preman itu menyerang wanji, sebab bagian dagu preman itu terbuka dan dengan sangat mudah bisa diserang. Namun wanji tidak ingin memperpanjang masalah, ia khawatir jika ia melakukan hal tersebut, justru nyawa teman-teman yang lain akan terancam. Sebab beberapa preman itu mulai mengambil senjata tajam mereka sekaligus teman-teman mereka juga mulai bermunculan. Sebagai Ketua Suku US3, tentu ia harus bersikap lebih bijaksana. Kemudian Daniz. Sangat dan tak pernah ia duga, kalau keluarganya sendiri akan menyerangnya begitu saja. Padahal dia Cuma melarang baik-baik keluarganya itu agar tidak menyerang teman-temannya. Akibatnya, Keluarga daniz di Aikmel marah besar. Ibunya yang berasal dari Batuyang terutama. Lalu ditambah oleh bapaknya yang berasal dari Masbagik. Malam itu juga, Maghrib itu juga, bapaknya beserta keluarga-keluarga daniz yang lain langsung meluncur menuju Batuyang. Setelah menemui Kadus setempat, mereka bersama-sama menuju rumah anak tersebut. Gufran, begitu kabarnya nama preman / keluarga daniz itu. Gufran  sedang berada di rumah neneknya ketika Pak Kadus memanggilnya dengan baik-baik ,”Gufran..kete anakku. Sugul “ begitu Gufran muncul, Bapak daniz (menurut cerita) langsung membabi buta gufran. Sampai pingsan di depan Kadus setempat. Begitulah besar rasa cinta orang tua pada anaknya. Ibunya daniz berkata ,” Anakku pergi baik baik. Masih segar, sehat tidak lecet sedikitpun. Tapi pulangnya membawa luka, ngumbe taget ta coba’?” dengan nada marah dan naik turun, Ibunya daniz berusaha menahan marahnya. Lain daniz, lain pula pian. Luka di telinga yang dideritanya membuat naik pitam juga keluargnya di Banjar Sari, Batu belek dan pungkang. Begitu juga dengan Yudi Bodoh. Keluarga mereka sangat tidak terima atas perlakuan para preman itu pada anaknya masing-masing.
Dengan bergegas kami semua memutar sepeda motor kami dan langsung melesat pulang. Tesa, yang aku bonceng hamper menangis ketakutan. Ia terus saja memaksaku untuk mengebut, membalap teman-teman yang lain. Aku sih tidak mau begitu saja, karena masih ada teman di belakang. Teas terus memaksa. “cepetan, ntar mereka mengejar” sahut paman Dana (yang ikut juga kena pukul) sambil terus mengendarai sepeda motornya. Otomatis, teas semakin khawatir. Terpaksa, aku langsung memacu laju sepeda motorku. Langsung menjadi yang terdepan dan meninggalkan teman-teman yang lain di belakang. Sampai di rumah Nina, Dana yang tadi membalap kami tidak langsung mematikan mesin sepeda motornya. “Ayo langsung pulang saja…” ia meminta kami untuk langsung pulang saja, sebelum teman-teman preman itu berkumpul dan lebih banyak lagi. Atau menunggu kami di jalan. Namun lain pula pendapatku. “lebih baik kita berhenti sejenak. Berkumpul dulu. Apapun yang terjadi, karena kita tidak sendiri. Ini umum, banyak warga yang akan membela kita kalau terjadi apa-apa. Lagian, luka dana lebih baik diobati dulu. Bahaya tuh”.  Nini dan disusul teman-teman yang lain mulai berkumpul. Kami berdebat sejenak, antara diam atau langsung pulang. Belum selesai berdebat, salah satu preman itu berhasil mengejar kami dan berhenti tepat di depan kami. “Hei…jangan macam-macam ya. Kan noak-noak mu aa….” Ucapnya dengan wajah yang juga sepertinya kena bogem dan mata yang masih merah.
Dana dan pamannya langsung pulang duluan, disusul Bq. Nini dan Daniz dengan membonceng Tary (anak Kades Suela). “teman-teman, lebih baik kita masuk dulu. “ ucapku pada teman-teman yang lain. Nina juga langsung menyuruh kami segera menuju belakang rumanhnya, sebelum ia mencari bapaknya. “jangan dilihat, langsung ke belakang” aku mengingatkan teman US3 yang melihat kelakuan preman itu di depan rumah Nina.
De Goeh sendiri, apa saja yang terjadi padanya?? Entah lah. Saat itu, hanya satu yang terpikir. Kita harus menghindar dulu. Lebih baik mengalah, sesuai dengan moto ilmu bela diri yang ia yakini. “Ngalah Ngalih Ngamuk”. Saat ini, ngalah adalah langkah terbaik. Namun jika kita tetap dicegat, apa boleh buat. Tapi menurutnya lagi, setelah sampai di rumah. Ia terlalu PENGECUT atau PENAKUT….hanya dia seorang yang tidak lecet, tidak tergores sedikitpun. Hanya dia seorang yang tidak ikut membantu temannya yang lain ketika mereka diserang. Hanya dia yang tidak ikut diserang oleh para preman itu. Sial!! Kenapa dia begitu bodoh dan bangak!! Dia hanya berkata ,” Sudah, jangan tatap mereka dan diam saja. Kita pulang !” bahkan lebih sedihny lagi, ia dibela oleh sepupunya yang seorang cewek. Grrr…… De Goeh PengeCUT!
Dari rentetan cerita di atas, masih banyak bagian yang tidak sempat diceritakan. Tentunya ini adalah Fakta dan U$3-Story’s in Ketapang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar